Garwa Market Tambakrejo - Prototype pasar untuk produk lokal ibu-ibu di Kampung Nelayan Tambakrejo dan Hub (titik kumpul) ibu-ibu untuk membangun komunikasi
Perempuan dan bumi seringkali berkaitan bukan hanya perihal objek yang ada pada tubuhnya dan perannya yang menopang kehidupan manusia akan tetapi juga perihal spirit yang ia miliki persis seperti bumi yang sangat magis dan begitu mengagumkan. Akan tetapi sangat perlu kita pertimbangan bahwa budaya penghormatan pada spirit alam dan perempuan tersebut tidak menjamin bahwa alam dan perempuan dihormati dalam praktik-praktik kehidupan sehari-hari. Perempuan pesisir pantura sudah menjadi salah satu contoh kecilnya, mereka tidak lagi memiliki ruang bebas untuk menyebarkan spirit kehidupan bersama alam ketika ruang hidup dan alam itu sendiri justru dihabisi atas nama kepentingan kehidupan manusia. Tragis.
Bagi perempuan pesisir pantura, krisis iklim bukan bencana yang terjadi nanti, tapi bencana yang setiap hari sudah dialami. Kampung-kampung mereka tenggelam, cuaca mulai tidak bisa diprediksi, ikan di banyak tempat sulit didapat, dan dampak lainnya. Krisis iklim saat ini adalah potret kerugian besar yang dialami perempuan pesisir. Bangkrutnya alam atas krisis iklim yang disebabkan manusia membuat mereka harus memutar otak untuk mencari ketahanan demi tetap memberikan kehidupan terhadap keluarganya.
Krisis iklim membuat tempat hidup perempuan pesisir semakin bangkrut dan mengobrak-abrik kehidupan mereka dari ujung ke ujung lagi. Tangkapan Nelayan turun hingga 80 persen, bahkan di Jepara pada waktu tertentu Nelayan memilih tidak melaut, karena hasil tangkapan jauh lebih sedikit dibandingkan pengeluaran melaut. Para perempuan yang tidak lagi menjaminkan hidupnya pada hasil tangkap ikan lebih memilih membuat produk-produk hasil olahan demi menjamin dapur rumah mereka tetap mengepul. Ini bukan sebuah beban, menjadi pusat kehidupan di rumah dengan menjamin ketahanan hidup keluarga dan menjadi pusat energi kehidupan melalui peran domestiknya bukan sebuah aib yang dikatakan orang-orang. Mereka setara dalam fungsi sosial ketika bisa menjaga rumahnya dari terjangan ROB saat laki-laki masih berada di laut untuk menangkap ikan. Mereka adalah bukti nyata resiliensi kesetaraan dalam dunia domestiknya.
Rumah dan kampung tenggelam pelan-pelan, sedikit demi sedikit tanah dimakan laut, air masuk ke kampung, laju penurunan permukaan tanah yang semakin cepat setiap tahun. Pantura bukan lagi terancam karam, tapi sekarang sudah karam sebagian. Di tengah krisis ini, perempuan pesisir jungkir balik menyelamatkan keluarganya, menyesuaikan tempat tinggal nya dengan krisis lingkungan, menaikan rumah nya, atau menabung untuk modal pindah tempat tinggal.
Beban-beban yang membuat pantura semakin kurus dan rusak terus dijejali oleh pemerintah. Beban seperti ekspansi industri dan berbagai proyek infrastruktur untuk mendukung ekspansi industri, seperti Tol, Tanggul, PLTU, dan Infrastruktur energi lain terus dipaksakan untuk dibangun di sepanjang Pantura. Semua dipaksakan untuk mengejar Pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu, pertemanan perempuan-perempuan pesisir terutama koneksi antar mereka juga harus meluas dan menguat. Potret kebangkrutan lingkungan hidup di Pantura adalah pelajaran penting untuk berbagai hal. Bagi perempuan di pesisir pantura tidak butuh waktu lama untuk memahami akar yang membuat mereka bangkrut dan Project Ruang Garwa Tambakrejo adalah alternatif yang ditawarkan oleh Garwa Seni melalui kolaborasinya dengan Penta K Labs “Malih Dadi Segara” yang bertujuan untuk menguatkan kembali para perempuan pesisir melalui pendokumentasian, display karya, display produk, dan refleksi kehidupan dalam narasi-narasi singkat.
Bentuk Kegiatan:
Project Ruang Garwa Tambakrejo adalah alternatif yang ditawarkan oleh Garwa Seni melalui kolaborasinya dengan Penta K Labs “Malih Dadi Segara” yang bertujuan untuk menguatkan kembali para perempuan pesisir melalui pendokumentasian, display karya, display produk, dan refleksi kehidupan melalui narasi-narasi singkat.
Project ini akan dilakukan dengan menampilkan karya dari seniman-seniman Garwa Seni yang berkolaborasi dengan perempuan di Tambakrejo.