Sorry, registration has ended.

Lumbung Kelana adalah program residensi yang diinisiasi oleh Lumbung Indonesia – sebuah platform bersama untuk kolektif seni yang menghidupi dan dihidupi oleh tradisi dan praktik yang berhubungan dengan lumbung. Program residensi ini diikuti dan dijalankan oleh 11 dari 12 kolektif seni yang saat ini tergabung dalam Lumbung Indonesia, diantaranya yaitu Serbuk Kayu (Surabaya), Hysteria (Semarang), Pasirputih (Lombok Utara), Komunitas Gubuak Kopi (Solok), Rumah Budaya Sikukeluang (Pekanbaru), Sinau Art (Cirebon), Trotoart (Jakarta), Komunitas Kahe (Maumere), Forum Sudut Pandang (Palu), Siku Ruang Terpadu (Makassar), dan Gelanggang Olah Rasa (Bandung), serta difasilitaso oleh Tim FIXER dan Gudskul Ekosistem.


  • Date:17/01/2022 08:00 PM - 31/01/2022 05:57 PM
  • Location Komunitas Kahe, Maumere (Map)
  • More Info:Komunitas KAHE Maumere, Nusa Tengara Timur

Description

Masing-masing kolektif seni yang terlibat menjadi tuan rumah residensi dan sekaligus partisipan dengan mengirimkan perwakilannya untuk bertandang ke kolektif seni yang lain. Selama 14 hari bersama dengan tuan rumah, para partisipan saling belajar dan bertukar pengetahuan serta pengalaman, yang hasil temuan dan juga pembacaannya nanti didiskusikan atau dipresentasikan pada hari terakhir program residensi.  Dalam program Lumbung Kelana yang menjadi fokus kajian adalah bagaimana strategi kebertahanan kolektif seni, baik dalam konteks finansial, gagasan dan juga lingkungan yang dapat saling menguatkan dan terhubung antar ekosistem lokalnya.

Selama kurang lebih dua pekan, 17-30 Januari 2022 Komunitas KAHE dan kolektif-kolektif yang tergabung dalam Lumbung Indonesia sedang bertukar peran sebagai tuan rumah dan tamu, dalam program Residensi Lumbung Kelana. Di Maumere, Megs dan Gee menjamu Hananingsih Widhiasri dari kolektif Hysteria Semarang dan Dwi Januartanto dari Serbuk Kayu Surabaya.

Program residensi ini diharapkan bisa menjadi ruang bersama untuk saling berbagi modal dan potensi, entah itu pengetahuan, praktik seni, humor, hingga sloki moke dan rendang Sumatra, sebagai salah satu cara mempelajari strategi keberlanjutan kolektif di konteks masyarakatnya masing-masing.

‘Bagaimana Mengenang Maumere?’ adalah salah satu pertanyaan yang muncul dari Hananingsih Widhiasri pada diskusi penciptaan karya, saat mempersiapkan pameran bersama Dwi Januartanto dan Komunitas KAHE. Pertanyaan ini cukup mewakili eksplorasi dua seniman ini yang tengah menjalani Program Residensi Lumbung Kelana di Komunitas KAHE Maumere. Selama di Maumere, kedua seniman menelusuri situs-situs sejarah dan budaya yang membentangkan ragam isu dan tema. Mulai dari sistem pemerintahan lokal, misi Gereja Katolik, kolonialisme, kesenian, filsafat, ikonoklasme, komunitas kreatif, pariwisata, suku Bajo, arsitektur, hantu, Tuhan, makan, hingga nasi.

‘Bagaimana mengenang Maumere?’ adalah pemampatan dari pengalaman pertemuan para seniman dengan Maumere. Apa yang mereka lihat dan alami, serta cerita, citra, dan artefak-artefak tetang Maumere yang terwariskan dari masa lampau. Pameran ini adalah salah satu bagian/cara para seniman bercerita tentang Maumere beserta segala isinya yang mereka alami dalam kerangka waktu sinkronis (saat ini, saat mereka melakukan residensi) dan diakronis (yang terus dihadirkan secara kontekstual oleh cerita, ingatan, dan sejarah).  

I BUILT MY SITE FOR FREE USING